Trik Tepat agar Moms Lancar Berkomunikasi dengan Balita

 Trik Tepat agar Moms Lancar Berkomunikasi dengan Balita

Komunikasi yang baik akan membangun hubungan yang lebih menyenangkan dan positif antara Moms dengan Si Kecil. Yuk, cari tahu bagaimana caranya, Moms!

Tidak sedikit ibu yang mengaku pernah dengan tidak sengaja membentak anak bahkan sampai mengancam. Hmm, jangan pernah melakukan hal itu lagi ya, Moms. Hal tersebut bisa berakibat tidak baik pada kepribadian dan masa depan anak. Apa saja akibatnya?

  • Melemahkan konsep diri anak
  • Membuat anak menjadi pribadi yang diam, melawan, tidak peduli, dan sulit diajak bekerja sama
  • Menjatuhkan harga diri dan kepercayaan diri anak
  • Kemampuan berpikir anak menjadi rendah
  • Tidak terbiasa memilih dan mengambil keputusan sendiri
  • Membuat anak menjadi pribadi yang mudah iri.

Sebelum terlambat, ubahlah pola komunikasi yang Anda gunakan selama ini dan terapkan beberapa hal berikut, Moms.

Kenali inner child

Ada yang meyakini bahwa dalam diri setiap orang hidup inner child, jiwa semasa anak-anak yang mengalami banyak kejadian dan perlakuan dari orang tua. Kemungkinan, inner child semasa kanak-kanak turut memengaruhi Moms dalam membesarkan Si Kecil.

Misalnya, semasa kanak-kanak orang tua Moms sering menyuruh segala sesuatu dengan cepat, bisa jadi Anda juga akan melakukan hal yang sama kepada Si Kecil. Alangkah baiknya jika Moms serta pasangan mengenali inner child masing-masing dan menghindari menggunakan bagian yang tidak baik.

Baca bahasa tubuh

Komunikasi tidak hanya lewat kata-kata, tapi juga tindakan, dan tindakan sebenarnya lebih nyaring daripada kata-kata. Oleh karena itu, pahami bahasa tubuh Si Kecil. Pada usia batita, anak cenderung berkomunikasi dengan bahasa tubuh. Pada buku Kamus Perkembangan Bayi dan Balita karya Jane Chumbley, disebutkan bahwa kurang dari 10 persen emosi batita dituangkan lewat kata-kata, dan 90 persen sisanya melalui bahasa tubuh.

Dengarkan perasaannya

Sebagai orang tua, Anda harus peka terhadap perasaan anak. Misalnya saat ia sedang mendapat masalah di sekolah atau dimarahi guru, sebaiknya Anda tidak langsung menyalahkan dan ikut memarahinya. Yang Anda harus lakukan adalah tanya dan tebak perasaannya. Dengan begitu ia merasa bahwa Anda ikut merasakan hal yang ia rasakan.

Hindari bicara dengan tergesa-gesa

Saat berkomunikasi dengan anak, sebisa mungkin hindari berbicara panjang, cepat, dan bernada tinggi. Bicaralah pelan-pelan pada waktu yang tepat, terutama saat Anda menegur anak. Berbicara tergesa-gesa disertai dengan nada tinggi hanya akan berdampak tidak baik. Selain menguras energi Anda, anak juga akan merasa sebal dan kebal terhadap Anda.

Pahami anak

Ingatlah bahwa setiap individu unik. Oleh karena itu, hindari membandingkannya dengan anak lain karena bisa berdampak negatif kepada kepribadian anak. Selain merasa minder, anak pun tidak akan menjadi dirinya sendiri. Bisa jadi ia terdorong melakukan sesuatu hanya supaya dianggap baik atau sekadar mendapatkan pujian.

Mendengar aktif

Cobalah untuk mendengar cerita dan segala keluh kesah anak. Bukan hanya mendengar biasa, tapi mendengar secara aktif (active listening). Saat anak sedang bercerita, jangan potong pembicaraannya hingga selesai. Agar anak tahu bahwa Anda mendengarkannya. Sesekali tanggapi apa yang ia ucapkan atau bertanya agar ia makin bersemangat untuk menyelesaikan ceritanya.

Sampaikan pesan "Saya"

Saat anak berbuat salah, hindari menegurnya dengan kalimat seperti, "Kamu sih, kan sudah Mama bilang…,". Hal tersebut akan mengesankan bahwa anak selalu salah. Ubahlah kebiasaan tersebut dengan belajar menyampaikan pesan "Saya". Contohnya, "Saya (mama atau papa) akan marah kalau kamu …". Anak akan lebih paham dan menghargai Anda.

Tentukan masalah siapa

Apabila Anda ingin anak belajar bertanggung jawab sejak kecil, aplikasikanlah hal ini. Hindari terlalu banyak ikut campur dalam masalah anak. Pandailah memilih masalah mana yang perlu bantuan Anda untuk diselesaikan. Hidup adalah pilihan dan biarkan anak memahami hal tersebut. Meski masih kecil, anak juga perlu belajar mengambil keputusan. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Foto: Freepik)




Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel